Budidaya Tambak Udang.
Sekilas Tentang Udang. Udang adalah
binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut, atau danau.
Udang dapat ditemukan di hampir semua “genangan” air yang berukuran
besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman
bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah
permukaan. Udang biasa dijadikan makanan laut (seafood). Dalam bahasa
Banjar disebut hundang.
Cara Budidaya Tambak Udang Di Air Tawar
Petak tambak untuk budidaya udang yang
baik harus memiliki karakter kedap air dan dapat membuang limbah secara
efisien. Karakteristik yang ke dua dapat terpenuhi apabila kotoran yang
ada di dalam tambak terkonsentrasi di dekat saluran pembuangan harian.
Prinsip ini dapat terpenuhi pada tambak dengan bentuk dan luas yang
optimal. Sebagai contoh adalah petak tambak berbentuk bujur sangkar
ukuran 50 x 50 m dengan sistem central drain merupakan petak tambak yang
memenuhi syarat tersebut. Semakin besar perbedaan antara ukuran panjang
dan lebar, maka kemungkinan terkumpulnya limbah semakin sedikit,
sehingga pembuangan limbah semakin tidak efisien.
Posisi tambak, terutama dasar tambak
terhadap sea level, akan menentukan kecepatan pengeringan air pada saat
panen dan besarnya biaya untuk panen. Dasar tambak yang berada di atas
level pasang tertinggi (misalnya 20 cm di atas HHWL) berakibat pada
waktu panen tidak bergantung pada keadaan tinggi pasang serta dapat
dilakukan secara gravitasi. Semakin rendah posisi dasar tambak dari
level di atas berakibat pada semakin lamanya proses pengeringan, ada
ketergantungan pada kondisi pasang, dan bahkan pada penambahan biaya
untuk pompa.
Adanya tuntutan terhadap dilakukannya
budidaya udang yang ramah lingkungan serta penyakit virus yang selalu
mengintai udang, maka diperlukan pula adanya influent water treatment
dan efluent water treatment. Oleh karena itu, dua unit petak untuk
keperluan tersebut perlu dibangun melengkapi petak tambak untuk
budidaya.
Sumber air untuk tambak (air tawar dan
air laut) dibawa oleh saluran pembawa, dialirkan ke dalam petak influent
water treatment, kemudian dialirkan ke dalam petak tambak. Dari petak
tambak, air dibuang ke saluran drainase, dialirkan ke petak efluent
water treatment, untuk kemudian dibuang ke laut.
Untuk memberikan gambaran teknis
konstruksi suatu hamparan tambak, diuraikan salah satu contoh konstruksi
dari tambak seluas 5 ha di bawah ini.
1. Konstruksi Petak Tambak
*
Luas : 50 x 50 m
*
Kedalaman air :
• Pinggir 125 cm
• Tengah 145 cm
*
Saluran pembuang air harian, dari dasar tengah tambak “central drain”
*
Saluran pembuangan air harian : pipa 6? dengan “stand pipe”
*
Saluran pengering total : “scot balok” lebar 60 cm di sudut
*
Dasar titik tengah tambak : 20 cm di atas HHWL
*
Setiap petak tambak berada diantara Saluran Pembawa (SP) dan Saluran Drainase (SD)
*
Pergantian air maksimum 5% volume per hari.
Luas : 50 x 50 m
*
Kedalaman air :
• Pinggir 125 cm
• Tengah 145 cm
*
Saluran pembuang air harian, dari dasar tengah tambak “central drain”
*
Saluran pembuangan air harian : pipa 6? dengan “stand pipe”
*
Saluran pengering total : “scot balok” lebar 60 cm di sudut
*
Dasar titik tengah tambak : 20 cm di atas HHWL
*
Setiap petak tambak berada diantara Saluran Pembawa (SP) dan Saluran Drainase (SD)
*
Pergantian air maksimum 5% volume per hari.
2. Jaringan Irigasi
*
Saluran Pembawa (SP)
• Air laut dialirkan secara gravitasi melalui jeti, masuk ke tandon untuk seterusnya ke Saluran Pembawa Primer (SPP) dan didistribusikan ke Saluran Pembawa Sekunder (SPS), untuk selanjutnya masuk ke Saluran Pembawa Tersier (SPT).
• Seluruh dasar saluran pembawa (SP) berada 20 cm di bawah LLWL
• Dimensi SPS dan SPT disesuaikan dengan total kebutuhan air maksimum petak-petak tambak yang dilayaninya.
• Kecepatan air yang berada di SP adalah £ 0,7 m/detik.
*
Saluran Drainase (SD)
• Air buangan dari setiap petak tambak masuk ke Saluran Drainase Tertier (SDT) atau Saluran Drainase Sekunder (SDS). Seluruh air dari SDS masuk petak pengolahan limbah, selanjutnya dialirkan ke rawa hutan bakau dan dari situ air disadap masuk ke Saluran Drainase Primer (SDP), terus dialirkan ke laut pada titik terjauh dari jeti.
• Seluruh dasar SD berada ³MSL (Mean Sea Level).
• Air buangan dari petak pada saat panen maksimum adalah 2.750 m3/5 jam; panen maksimum 4 petak/hari/SD.
• Dimensi SD dibuat sesuai dengan panen maksimum 4 petak/hari/SD yaitu (2.750 m3/menit x 4)/5jam = 36,67 m3 /menit = 0,61 m3/detik.
• Batasan kecepatan aliran di SD adalah < 0,8 m/detik, dengan kemiringan saluran > 0,01%.
Saluran Pembawa (SP)
• Air laut dialirkan secara gravitasi melalui jeti, masuk ke tandon untuk seterusnya ke Saluran Pembawa Primer (SPP) dan didistribusikan ke Saluran Pembawa Sekunder (SPS), untuk selanjutnya masuk ke Saluran Pembawa Tersier (SPT).
• Seluruh dasar saluran pembawa (SP) berada 20 cm di bawah LLWL
• Dimensi SPS dan SPT disesuaikan dengan total kebutuhan air maksimum petak-petak tambak yang dilayaninya.
• Kecepatan air yang berada di SP adalah £ 0,7 m/detik.
*
Saluran Drainase (SD)
• Air buangan dari setiap petak tambak masuk ke Saluran Drainase Tertier (SDT) atau Saluran Drainase Sekunder (SDS). Seluruh air dari SDS masuk petak pengolahan limbah, selanjutnya dialirkan ke rawa hutan bakau dan dari situ air disadap masuk ke Saluran Drainase Primer (SDP), terus dialirkan ke laut pada titik terjauh dari jeti.
• Seluruh dasar SD berada ³MSL (Mean Sea Level).
• Air buangan dari petak pada saat panen maksimum adalah 2.750 m3/5 jam; panen maksimum 4 petak/hari/SD.
• Dimensi SD dibuat sesuai dengan panen maksimum 4 petak/hari/SD yaitu (2.750 m3/menit x 4)/5jam = 36,67 m3 /menit = 0,61 m3/detik.
• Batasan kecepatan aliran di SD adalah < 0,8 m/detik, dengan kemiringan saluran > 0,01%.
Itulah sekilas tentang cara budidaya tambak udang. Semoga artikel ini bermanfaat.
*SELAMAT MENCOBA*
0 komentar:
Posting Komentar