Di saat kerajinan kulit mulai
banyak dijadikan lahan usaha, mungkin usaha yang satu ini patut Anda
coba. Kerajinan kulit ikan pari. Walaupun tak sedikit pula yang
berbisnis di pasar ini, namun diakui salah satu pengrajin tersebut,
omzet dari bisnis ini sangat menjanjikan.
“walaupun usaha kerajinan kulit ikan pari
telah banyak yang menjalankan akan tetapi usaha ini masih dapat di
jadikan sebuah bisnis yang menjanjikan,” salah satu pengusaha kerajinan
ikan pari di sleman jogjakarta misalnya dapat memproduksi kerajinan
kulit ikan pari dalam jumlah yang lumayan banyak setiap bulannya, karena
begitu banyak permintaan pasar baik lokal maupun manca.
Berkat bisnis ini, lanjutnya, dirinya meraih
penghasilan bersih per bulannya tak kurang dari Rp30 juta walaupun
dengan modal secukupnya. Sementara bahan kulit pari tersebut
didapatkannya dari sejumlah pedagang kulit pari di Muara Angke Jakarta,
Tuban, Pekalongan, dan paling banyak didapatkannya dari pekalongan.
Untuk bahan kulit pari paling kecil
berukuran enam sampai tujuh cm harganya minimal Rp35 ribu. “Itu masih
mentah dan belum disamak (proses kulit agar menjadi berwarna),” ujar
pengusaha kerajinan ikan pari tersebut yang telah ikut program pameran
Mitra Binaan Bank Mandiri selama dua tahun ini.
Dengan modal tersebut, lanjutnya, dia lalu
dapat memproduksi berbagai jenis produk kerajinan kulit pari mulai dari
dompet, ikat pinggang, dan sebagainya dengan harga jual antar Rp300
ribu-Rp1,5 juta.
Namun, diakuinya untuk menjalankan bisnis ini, ia tetap menemui kendala walaupun pasarnya bagus. Kendala pertama adalah sulitnya mencari pengrajin yang mengerjakan dan menjahit kulit pari tersebut. “Karena teknik pengerjaannya berbeda dengan kulit sapi, ini jauh lebih sulit. Jarang yang bisa,” terangnya.
Namun, diakuinya untuk menjalankan bisnis ini, ia tetap menemui kendala walaupun pasarnya bagus. Kendala pertama adalah sulitnya mencari pengrajin yang mengerjakan dan menjahit kulit pari tersebut. “Karena teknik pengerjaannya berbeda dengan kulit sapi, ini jauh lebih sulit. Jarang yang bisa,” terangnya.
Selanjutnya, kendala yang kedua adalah
modal. Dirinya memang mengakui walaupun telah memperoleh modal dari Bank
Mandiri sebesar Rp20 juta, namun dirinya merasa masih sangat kurang.
“Karena kita kan masih harus beli mesin
jahit untuk menjahit kulit pari tersebut. Dan karena kulit pari jauh
lebih keras dibandingkan kulit sapi maka mesin jahitnya harus yang
berkualitas baik. Minimal produksi Korea tidak bisa memakai buatan
China,” jelasnya.
Menurutnya, jika hitung-hitungan modal
idealnya, ia menilai Rp100 juta saja masih belum cukup. Hal ini karena
harga per satuan mesin jahitnya sekira Rp5 juta.
Untuk menyiasati terbatasnya modal, maka ia
membentuk perusahaan patungan bersama kedua rekan bisnisnya. Wawan
Purnomo yang memiliki toko di Banyudono Boyolali, Agung yang bertempat
di Karawaci Tangerang dan dirinya sendiri yang memiliki toko di
Ciumbeulit Bandung.
Selain itu, dirinya juga menyiasati dengan
tidak hanya menjual kulit pari saja tetapi juga kulit ular dan kulit
sapi. Untuk kulit sapi dibelinya minimal per 500 squarefeet dengan harga
Rp15 ribu per squarefeet-nya. “Tetapi masih lebih cepat laku kulit
pari. Soalnya bahannya unik dan banyak digemari konsumen,” tambahnya.
Produknya tersebut sudah merambah pasar ke
luar pulau Jawa melalui beberapa cutomer di Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Lombok, dan Lampung.
“Untuk pasar ekspor lagi dalam tahap proses
penjajakan ke Amerika Serikat (AS) dan kita juga telah mengirimkan
beberapa sample ke Jepang. Mudah-mudahan kita bisa segera dapat suntikan
modal lagi dari pemerintah,” pungkasnya.
Proses pembuatan kerajinan ikan berbuntut
panjang ini cukup sederhana. Pertama-tama kulit ikan dipilih, dicuci,
dan diberi pewarna. Setelah dikeringkan dengan cara ditempel di pagar
tembok, kulit tersebut dihaluskan dan dipotong sesuai bentuk yang
diinginkan.
Potongan-potongan itulah yang kemudian
dirangkai menjadi beragam aksesori. Didin, salah seorang perajin mengaku
memulai bisnis ini dari keprihatinan. Karena sempat bekerja di pabrik
pembuatan tas, ia pun memanfaatkan kulit ikan yang kerap dibuang itu.
Kerajinan kulit ikan pari kini telah dipasarkan ke berbagai kota di Tanah Air dan juga mancanegara.
Slamet pengrajin kulit ikan pari dari
Bantul, menjelaskan hasil kerajinannya telah mampu menembus pasar Asia
dan Eropa seperti Jepang, Korea, Cina, Amerika dan Jerman. Hal ini tak
lepas dari perjuangannya yang tak kenal lelah dalam menghasilkan
kerajinan yang berkualitas guna bersaing dengan produk-produk yang telah
ada di pasaran.
Menurut Slamet, kerajinan yang masih jarang
dilakukan di Indonesia tersebut ditekuni bersama teman-temannya, dua
tahun terakhir ini.
Namun,lanjut dia, permintaan baik pasar
lokal maupun ekspor hingga sekarang sudah mengalir relatif banyak
sehingga pihaknya tidak bisa melayani semua pesanan tersebut.
Slamet menjelaskan, kerajinan kulit ikan
pari berupa tas, dompet, ikat pinggang, dan souvenir lainnya banyak
digembari konsumen di luar negeri karena keunikan yakni bahan asli dari
ikan laut yang berbuntut panjang tersebut.
“Jumlah perajin kulit ikan pari masih jarang, di Indonesia ada tiga yakni Boyolali, Medan, dan Yogyakarta,” katanya.
Ia mengaku, usahnya masih tergolong industri
rumah tangga skala kecil dan belum mampu melayani permintaan Jepang
dalam jumlah relatif besar.
Pihaknya mendapat pesanan dari pengusaha
berasal dari Jepang antara 2.000 hingga 5.000 tas kulit ikan pari per
hari, tetapi permintaan itu belum dapat dilayani karena produksinya baru
mempunyai kapasitas antara 200 hingga 300 unit per bulan.
“Harga tas ditawarkan antara Rp150 ribu hingga Rp4,5 juta tergantung kualitas bahan kulit ikan pari,” katanya.
Slamet menjelaskan, kulit ikan pari yang bisa disulap menjadi barang seni bernilai tinggi masih jarang di Indonesia.
“Saya telah membuat berbagai kerajinan kulit pari mulai dari tas, dompet, hingga ikat pinggang,” katanya.
Menurut Slamet, proses pembuatan kerajinan ikan pari ini cukup sederhana.
Pertama-tama kulit ikan dipilih, dicuci, dan
diberi pewarna. Setelah dikeringkan dengan cara ditempel di pagar
tembok, kulit tersebut dihaluskan dan dipotong sesuai bentuk yang
diinginkan.
Potongan-potongan tersebut yang kemudian
dirangkai menjadi beragam aksesori. Kerajinan kulit ikan pari kini telah
dipasarkan ke berbagai kota di Tanah Air dan juga mancanegara.
Slamet menjelaskan, terkait bahan baku
memang masih mendatangkan dari Jakarta dan Jawa Timur. Selain itu bahan
baku juga di datangkan dari Pekalongan dan daerah sekitarnya.
Bahan baku kulit ikan pari tersebut, kata
dia, masih mudah didapat, tetapi jika pada musim hujan memang sedikit
kesulitan karena ikan itu sulit dicari.
“Karena jumlah perajin masih sedikit,
kondisi modal yang mengcukupi kami dapat memproduksi barang sesuai
dengan permintaan baik di dalam negeri maupun luar negeri,” katanya.
Menurut dia, harga satuan kerajinan
tas,dompet, ikat pinggang dan souvenir lainnya antara Rp300 ribu hingga
Rp5-10 juta. Usahanya yang ditekuni ini mempunyai omzet sekitar Rp5 juta
per hari.
The Best Casino in Australia 2021
BalasHapusCasinoTopCasino is the latest online gambling website based in Australia. 승인 전화 없는 가입 머니 CasinoTopCasino 일본야구분석사이트 is a op 사이트 one stop shop for all 바인드 토토 your favourite 양방배팅 games. Read the site review now!