Sarang
burung Walet tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan
paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah
tenaga. Sarang burung walet terbuat dari air liurnya (saliva).
Dewasa ini banyak yang sudah melakukan budidaya walet ini, disamping
lokasi budidaya dapat dilakukan dimana saja (termasuk daerah perkotaan)
dengan syarat bangunan yang digunakan mendukung, pemeliharaannya tidak
terlalu sulit karena burung ini mencari pakan sendiri, peternak hanya
menyediakan pakan tambahan atau pancingan. Masa panen ternak walet ini
relatif singkat 2 -4 kali dalam setahun, dan dengan harga jual yang
tinggi peluang usaha budidaya burung walet ini sangat menarik untuk ditekuni.
Sedikit
informasi mengenai burung walet, burung walet mempunyai kebiasaan
berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang
sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang
sebagai tempat beristirahat dan berbiak. Burung Walet merupakan burung
pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini
berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan
memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat
kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di
pohon. Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga
PERSYARATAN LOKASI
Setiap
hewan memiliki karakteristik dan cara hidup yang berbeda. Untuk memulai
sebuah usaha budidaya hewan, kita perlu memperhatikan karakteristik
dari hewan yang akan dibudidayakan, diantaranya bagaimana habitat
ingkungan tempat hidup hewan tersebut. Berikut persyaratan umum
lingkungan lokasi kandang untuk budidaya Wallet :
-
Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
-
Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
-
Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
-
Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.
TEKNIS BUDIDAYA WALLET
Setelah
kita menemukan lokasi yang tepat untuk budidaya Wallet ini kita mulai
mempersiapkan teknis budidayanya, tahapan yang harus dipersiapkan adalah
:
I. Persiapan Sarana dan Peralatan
A. Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Ada
baiknya ketika kita sedang mempersiapkan tempat/kandang untuk budidaya,
kondisi kandang kita atur sesuai/mendekati habitat aslinya. Gedung
untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang
mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat
C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
-
Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
-
Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
-
Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm.
-
Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
-
Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
B. Bentuk dan Konstruksi Gedung
Persiapan
lain adalah bentuk dan konstruksi gedung. Umumnya, rumah walet seperti
bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari 10×15 m2 sampai 10×20 m2.
Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara
wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung
walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.
Tembok
gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari
campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran
pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk
mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen
dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat
melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayukayu yang kuat, tua dan tahan
lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputarputar dan resting room
sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar
masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas.
Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya
lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
II. Pembibitan
Pada
umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.
Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh
para peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi,
pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung
Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan
serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.
A. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Tahap
pertama dalam pembibitan budidaya wallet adalah pemilihan bibit
dancalon induk yang berkualitas. Sebagai induk walet dipilih burung
sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru. Umumnya
cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru tersebut
dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti. Pemutaran
ini dilakukan pada jam 16.00-18.00, yaitu waktu burung kembali mencari
makan.
B. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Di
dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk
ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik
gedung walet yang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini
dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir.
Telur walet diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang
dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi
burung walet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.
1. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
-
Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0-5 hari.
-
Putih kemerahan, berumur 6-10 hari.
-
Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10-15 hari.
Telur
walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97
gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh
menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari
tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak
bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur
di atas dapat dilakukan sendiri dengan peneropongan.
2. Membawa Telur Walet
Apabila
kita harus membawa telur wallet dari suatu lokasi ke sarang yang kita
persiapkan perlu diperhatikan beberapa hal.Telur yang didapat dari
tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau
setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh, sebaiknya berupa telur
yang sudah mendekati menetas. Telur disusun dalam spon yang berlubang
dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik
berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu
dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka
kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.
3. Penetasan Telur Walet
Telur Walet yang kita peroleh dapat kita tetaskan dengan beberapa cara yaitu :
-
Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada
saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur
walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue
untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan
burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada
siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya
telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah
menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari
makan.
-
Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Dengan
mesin penetas, suhu mesin penetas yng digunakan sekitar 400 C dengan
kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan
menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur.
Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur
dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan
tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan
peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati
dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur
terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya
hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan
sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali
untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban.
Setelah 13-15 hari telur akan menetas.
III. Pemeliharaan
Lokasi
yang sesuai telah dipersiapkan, bibit dan indukan dengan kualitas baik
telah tersedia, tahapan budidaya selanjutnya adalah pemeliharaan wallet.
A. Perawatan Ternak
Anak
burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut
(kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2-3 hari anak walet ini masih
memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu
dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan
1-2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.
Setelah
berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke
dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang
diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak
walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian
dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai.
Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang pada keesokan
harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.
B. Sumber Pakan
Pakan
merupakan faktor penting yang menentukan keberlangsungan suatu
budidaya. Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan,
tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang
walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan
tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk mengasilkan
serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
Dapat dipilih cara yang paling memungkinkan dan mudah untuk dilakukan.
C. Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan
kandang yang dilakukan berkaitah dengan faktor kebersihan. Apabila
gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai
harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam
karung dan disimpan di gedung.
HAMA DAN PENYAKIT
Budidaya
Walet tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Akan lebih baik jika
kita sudah siap dengan memahami jenis hama dan penyakit apa saja yang
menyerang ternak walet dan bagaimana cara mengatasinya.
1) Tikus
Hama
ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup
semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan
digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut
api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang
sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar
semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut
disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang
ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga
kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak
menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang
ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung
walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan
mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir,
ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar
pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan
lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
PANEN
Bagian
utama dari suatu budiaya Walet adalah pemanenan. Sarang burung walet
dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk
dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu
agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik.
Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung
dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa
tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut,
sebagiknya kita perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan beberapa cara, serta sisi baik dab buruk dari masing-masing cara tersebut yaitu:
A. Panen rampasan
Cara
ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan
yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total
produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak
baik dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya
lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak
ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan
tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu
untuk membuat sarang dan bertelur
B. Panen Buang Telur
Cara
ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir.
Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4
kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.
Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
C. Panen Penetasan
Pada
pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah
bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai
rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah
burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga
polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
-
Panen 4 kali setahun
Panen
ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan
telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan
dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan
pola buang telur.
-
Panen 3 kali setahun
Frekuensi
panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan
untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang
telur.
-
Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.
PASCAPANEN
Setelah
hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan
penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari
kotoran, kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara
sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Setelah didapatkan sarang
walet yang bersih dan dipisahkan masing-masing berdasarkan kualitasnya
dapat dilakukan pengemasan dan selanjutnya siap dipasarkan.
0 komentar:
Posting Komentar