Rabu, 07 November 2012

Bisnis Perhiasan Kontemporer

Kegundahan terhadap suatu kondisi atau keadaan di lapangan seringkali melahirkan sebuah ide atau kreasi baru. seperti yang dilakukan oleh selly sagita.


Perhiasan kontemporer tradisional
Perhiasan Kontemporer
Berawal dari kegundahannya melihat produk perhiasan perak di wilayah Kotagede, Yogyakarta, yang model dan pembuatannya kurang berkembang, Selly pun tergerak untuk terjun ke bisnis perhiasan dan membuat kreasi-kreasi baru.
Kebanyakan perhiasan yang beredar di pasar saat ini adalah perhiasan yang dihasilkan secara masal oleh mesin pencetak perhiasan, begitu sebuah desain selesai dibuat, bisa digandakan dengan jumlah tak terhingga dan hasilnya semua sama, ujarnya.
Karena bersifat masal, papar Selly, produk yang dihasilkan kurang fashionable dan nilai seni atau nilai jual dari produk perhiasan tersebut seringkali di bawah harapan produsen.
Padahal, Kotagede, Yogyakarta, merupakan kawasan yang sudah lama dikenal sebagai ikon perhiasan perak di negeri ini. Melihat besarnya potensi pasar yang bisa dimanfaatkan, Selly, yang awalnya adalah dosen sebuah universitas, memutuskan untuk mendirikan Borobudur Silver pada 1989.
Lewat bendera usaha itu, dia mengkhususkan diri pada pembuatan perhiasan perak dengan sistem tradisional atau 100% buatan tangan dengan tetap menggacu pada perkembangan model terbaru (kontemporer) Saya mengembangkan produk perhiasan dengan memanfaatkan ketrampilan tangan dengan teknik filigri, ujarnya.

Teknik filigri dipilih Selly karena teknik ini bisa diaplikasi pada pembuatan perhiasan, manik-manik dan benda seni seperti pill box dan miniatur.Dia mengakui kalau kekuatan dari sebuah produk perhiasan secara kasat mata adalah desain dari perhiasan tersebut. Namun hal itu bukanlah masalah.
Kita mempunyai sumber yang tidak pernah habis. Alam dengan flora dan faunanya yang beragam sejak lama telah memberikan ide desain yang dapat diciptakan tiruannya.Begitu juga dengan tradisi budaya, agama, adat istiadat dan bentuk bangunan juga bisa mempengaruhi bentuk desain, paparnya.Untuk membuat perhiasan dengan teknik filigri, ada sejumlah tahapan atau proses yangdilakukan Borobudur Silver dengan 50 tenaga perajinnya.
Pertama, menentukan bahan logam yang akan dijadikan perhiasan, apakah berupa emas, perak atau tembaga. Agar hasilnya bagus, kadar yang disarankan untuk teknik filigri adalah 23 karat dan terendah 18 karat untuk emas dan kadar 925 atau 800 untuk perak.Untuk tembaga, tak ada aturan baku untuk menentukan kadarnya karena tembaga tidak dianggap sebagai logam mulia.
Setelah bahan ditentukan, proses pembuatan produk perhiasan dengan teknik filigri bisa dimulai. Pembuatan produk perhiasan diawali dengan melebur bahan perak murni atau tembaga murni untuk pembuatan benang/kawat perak.Komposisi pencampuran perak dan tembaga ditentukan oleh tujuan pemakaian kawat tersebut, papar Selly.
Untuk kawat bingkai, komposisi yang digunakan Borobudur Silver terdiri atas 95% perak dan 5% tembaga karena ini merupakan campuran yang sangat kuat. Sedangkan untuk kawat isi perbandingannya adalah 98 : 2.
Setelah kawat dibuat, langkah selanjutnya adalah membuat bentuk pola untuk masing-masing komponen yang diperlukan (kelopak bunga). Caranya, kawat berukuran agak besar dikelilingkan pada bentuk mal/pola yang berbentuk kelopak tersebut sehingga diperoleh frame bidang kosong berbentuk kelopak yang harus dipatri di bidang pertemuan.
Frame kawat perak kemudian direkatkan pada kertas dengan lem agar tidak lepas.Dengan menggunakan dua kawat kecil yang sudah dipelintir, bidang kosong diisi dengan motif-motif yang sesuai.
Semua komponen bidang yang sudah terisi kemudian ditaburi bubuk patri pada permukaan bidangnya lalu dipanasi dengan api. Pada tahap ini kertas akan terbakar, logam akan menjadi hitam karena jelaga.Komponen kemudian dibalik dan kembali dipanasi dengan api untuk memastikan permukaan bagian belakang juga terpatri dengan baik.
Setelah semua komponen siap, tahap selanjutnya adalah merakit komponen itu sesuai dengan bentuk yang diinginkan, dipatri pada titik-titk pertemuan. Pada tahap ini, cara mematri bukan lagi ditaburkan, tetapi hanya pada titik-titik penyambungan. Pada tahap ini, komponen bunga masih berwarna hitam.

Bentuk akhir yang sudah dirakit kemudian dibersihkan dengan cara merebus di dalam air yang dicampur dengan tawas. Komponen-komponen yang semula hitam karena penuh dengan jelaga akan mulai menampakkan warna aslinya (kuning untuk emas, putih untuk perak, kecoklatan untuk tembaga).
Menurut Selly, perhiasan yang direbus tadi masih kelihatan kusam, maka perlu dikilaukan dengan teknik sangling, kemudian dicuci dengan busa dan buah lerak.Cara ini sebenarnya sudah mulai ditinggalkan karena bisa digantikan dengan alat pembersih yang bernama tumbler. Namun tidak semua barang perhiasan bisa dibersihkan dengan tumbler karena keterbatasan ukuran alat atau karena bentuk model perhiasannya, ujarnya..
Karena semua tahapan dilakukan dengan menggunakan keahlian tangan, perhiasan yang dibentuk dengan teknik filigri bisa dikatakan 100% hasil karya tangan.Usaha yang dilakukan wanita setengah baya dengan Borubudur Silver nya ini akhirnya membuahkan hasil. Produk perhiasan perak dengan teknik filigri yang dihasilkan perusahaan itu mampu menembus pasar internasional.
Secara rutin, Selly memasok produknya ke buyer yang ada di Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.Selain itu, kreasinya dalam membuat desain produk perhiasan perak telah mengantarnya meraih penghargaan IGDS tahun 2008. untuk meningkatkan dan menjamin mutu produknya, Selly juga telah menerapkan SNI sebagai persyaratan bagi produknya. Pembeli produk Borobudur Silver juga akan mendapat sertifikat sebagai jaminan atas mutu dari produk yang dibelinya.

0 komentar:

Posting Komentar